Total Tayangan Halaman

Kamis, 04 November 2010

Cerpenku 1

Pahlawan kau kemana?
Aku seorang gadis remaja yang tinggi dan putih. Orang-orang biasa memanggilku Devy. Aku mempunyai seorang adik yang bernama Dava, Aku dan Dava tinggal bersama mama. Mama adalah sosok yang sangat kami sayangi karena ia telah membesarkan aku dan adikku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Aku juga mempunyai seorang kakak perempuan namanya Putri. Aku, adik, dan kakakku sangat merindukan sosok seorang ayah, karena sejak kecil kami tidak tau ayah kemana!
Waktu aku beranjak dewasa rasa ingin tahu ku timbul. Aku terus menanyakan pada mama.
Ma?
Ayah kemana sih?
Ayah kamu sakit dan harus dirawat di luar kota sayang. Katanya
Aku selalu menanyakan sakit apa tapi mama tidak pernah menjelaskannya.
Otakku terus berputar memikirkannya. Lama tak kutemukan jawaban.
Hingga pada akhirnya aku masuk SMA dan memulai pergaulan yang baru dan lebih meluas. Setiap hari bersenang-senang karena sebagian besar teman-temanku adalah orang-orang kaya. Sedikit demi sedikit aku melupakan masalah yang mengganjal di otak dan hatiku. Selain punya teman yang baik dan bisa melengkapiku aku juga mempunyai sosok kakak perempuan yang sangat menyayangi keluarganya. Aku sangat mendambakan kakakku Putri, karena dia sudah menjadi tulang punggung keluarga seolah-olah menggantikan sosok ayah. Pekerjaannya tidak terlalu bagus tetapi entah kenapa barang-barang yang dia punya mahal-mahal, bagus, mewah dan selalu ada uang untuk membeli apa yang ia inginkan.
Kakak sering cerita padaku. Katanya dia punya ayah angkat yang bisa menjamin kehidupannya. Aku sempat kaget mendengarnya, tapi aku tidak bisa apa-apa aku menghargai usaha kakakku untuk bertahan hidup dan mencoba mengerti beginilah kehidupan kami. Aku selalu merasa kekurangan dan selalu iri pada teman-temanku yang mempunyai keluarga lengkap. Saat ada acara pernikahan saudaraku, kebetulan aku yang jadi pagar ayu bersama sepupuku Rini. Kami bercerita satu sama lain, sampai akhirnya aku bertanya-tanya tentang ayahku dan ternyata dia tau kabar tentang ayahku. Rini tau cerita ayahku dari ibunya yang juga tanteku. Kata Putri ayahku tinggal di gubuk reot dan dipasung, ayah seperti itu karena ia sakit gangguan jiwa alias stress dan tidak dapat di kendalikan. Dulu ia tidak seperti itu namun karena ia pernah mengamuk akhirnya warga memutuskan untuk melakukan hal itu. Aku sangat sedih mendengarnya dan sulit untuk menahan air mataku. Aku pulang kerumah dan menceritakan ini pada ibuku. Ibu kaget mendengar aku mengetahui cerita tentang ayah. Aku bertanya apa yang menyebabkan ayah seperti itu?
Entah apa penyebabnya!
Ibu juga tidak tahu.
Suatu hari aku meminta ibu mengantarkan aku ke tempat ayah, tempatnya ada di Sukabumi, setibanya disana aku memanggil-manggil ayah…sambil kutatap mata yang bersedih dan terharu, tubuh yang kotor dan terlihat sangat tersiksa dengan keadaan itu.
Dan ternyata ia masih mengenalku. Ingin sekali  ku peluk tubuhnya tapi ibu melarangku. Yasudahlah mungkin ini memang jalan Tuhan.
Lalu aku pulang ke rumahku di Jakarta dan sesekali aku menengok ayah.
Karena kesibukanku, sebentar lagi aku menghadapi ujian nasional dan memerlukan biaya yang banyak. Teman-temanku sibuk  mengikuti les dan try out kesana kemari dan mereka juga sibuk mencari universitas, sedangkan aku hanya berdiam diri di rumah meratapi nasibku ini. Sampai suatu saat aku berkenalan dengan seseorang lelaki paruh baya di tempat biasa aku nongkrong bersama teman-teman yaitu di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Awalnya biasa saja tapi lama-kelamaan dia menawarkanku pekerjaan dan dia berjanji akan membayar biaya ujian nasionalku dan juga akan menjamin biaya kuliahku sampai selesai.
Aku sudah tau maksudnya.
Karena aku bukan anak kecil lagi.
Aku takut cerita ke mama dan kakakku.
Karena tanpa kutanya mereka pasti akan melarangku.
Aku memikirkan tawaran itu matang-matang, Jika aku menerima pekerjaan itu maka aku harus menanggung resikonya tetapi jika aku tidak terima pekerjaan itu, aku tidak akan bisa melanjutkan kuliah, karena kakak juga tidak mungkin mau membiayaiku kuliah, dia hanya akan mengeluarkan uangnya untuk membeli barang-barang mewah yang dia anggap penting dan untuk keperluan yang sangat mendesak.
Ia berfikir jika aku kuliah akan percuma, karena aku akan sama seperti dia.
Tapi walaupun begitu aku punya rasa ingin belajar yang sangat tinggi, akhirnya aku memutuskan untuk menerima tawaran laki-laki paruh baya itu.
Aku bekerja sebagai penghibur lelaki paruh baya itu dan menjalani hari-hariku dikampus seperti biasa. Setiap bulan aku memberikan uang belanja untuk mama dan sering aku menjenguk ayah tak lupa membawakan makanan untuknya.
Lalu dirumah aku menjadi anak baik-baik seperti yang mama tau selama ini.
Sedih berbohong terus seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar