Total Tayangan Halaman

Kamis, 04 November 2010

Abstrak "Pendekatan dalam sastra"

Pendekatan Dalam Sastra
           
            Pendekatan dalam sastra mempunyai tiga fungsi yaitu memahami, mengenal lebih dekat, menghargai objek tersebut. Tujuan utama dalam pendekatan adalah untuk apresiasi jika ada impresi lalu, mengaji, mencari bukti dan memberi kritik. Apresiasi dibangun oleh kesan keseluruhan. Menurut Abrams situasi sastra secara menyeluruh terbagi menjadi empat hal yaitu, karya sastra (work), sastrawan (artist), semesta (universe), dan pembaca (audience). Dilihat dari keempat hal tersebut maka terdapat empat pendekatan karya sastra.
Yang pertama adalah pendekatan objektif (objective criticism) yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada karya sastra atau hanya melihat pada karya sastranya saja tanpa mempermasalahkan pembacanya suka atau tidak, pendekatan objektiv berhubungan antara unsur-unsur sebagai berikut: peristiwa, tokoh, latar dan sudut pandang.
Yang kedua adalah pendekatan ekspresif (expressive criticism) adalah pendekatan yang menitikberatkan pada ekspresi peranan atau temperamen penulis atau bagaimana teknik pengarang untuk mengungkapkan pikiran/gagasannya, bukan hanya perasaan intinya pengarang membuat karya sastra sesuai dengan kejadian atau pengalaman yang pernah dialaminya dan biasa disebut dalam pribahasa “Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya”.
Yang ketiga pendekatan mimetik (mimetic criticism) adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada kajian terhadap semesta atau alam. Mimetic berasal dari kata to mime yang artinya meniru. Meniru dalam artian ingin melihat seberapa dekat hubungan kenyataan dengan fiksinya (apa yang diimajinasikannya) dalam karya sastra misalnya, dalam cerpen Hamsad Rangkuti yang berjudul “Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku Dengan Bibirmu” Faktanya adalah kejadian perkenalan sastrawan dengan seorang mahasiswi, dan fiksinya adalah cerita tentang wanita patah hati yang diimajinasikan oleh Hamsad.
Yang keempat pendekatan pragmatik (pragmatic criticism) adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada pembaca dalam menerima, memahami dan menghayati karya sastra atau respon dari pembaca. Pendekatan pragmatik ini menjelaskan bahwa ada beberapa cara untuk mengetahui respon pembaca terhadap karya sastra yaitu, dominan (100%), negosiasi (50%), dan resisten (0%).

Tugas Abstrak "Klasifikasi Sastra"

Tugas Abstrak
Klasifikasi Sastra

Sastra digolongkan menjadi tiga yaitu sastra umum(dunia),sastra nasional dan sastra nusantara. Sedangkan sastra nasional terdiri dari sastra Indonesia dan sastra nusantara.  
Sastra umum disebut juga sastra dunia, disebut sastra dunia karena merupakan keterkaitan antar dunia yang luas. Sastra umum harus tetap dikaitkan dengan sejarah sastra, karena pada kenyataannya pengaruh dan keterhubungan dalam sastra mampu melewati batas Negara dan bangsa.
Sastra nasional adalah kelompok karya yang menggunakan satu bahasa yang sama yang diakui oleh Negara tersebut. Misalnya seperti sastra Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sedangkan sastra inggris menggunakan bahasa inggris. Dalam sastra nasional, masalah bahasa menjadi penting karena bahasa merupakan identitas bangsa. Sastra nasional bersifat politis dan identitasnya jelas, misal asal suatu karya dari Indonesia dan karyanya menggunakan bahasa Indonesia walaupun ada terjemahan dari bahasa lain dan sebaliknya karya dari inggris dan sudah ada terjemahannya kedalam bahasa Indonesia , misalnya Harry Potter yang sudah ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia tetapi karya itu tetap termasuk sastra nasional dari inggris.
Sastra nusantara maknanya lebih dari pada kesatuan nusantara.Dan sastra Indonesia bermakna politis contohnya seorang penulis tinggal di perancis dan menghasilkan karya sastra dengan bahasa Indonesia maka karyanya termaksud dalam sastra Indonesia.Sastra Bandingan didasarkan pada sejarah yaitu kesamaan dipengaruhi oleh factor kemanusiaan dan pengalaman hidup yang sama dalam pencarian tuhan , makna cinta, keadilan, kematian, dll.Cara membandingkan karya sastra bandingan yaitu berdasarkan wilayah/bahasa,antar genre,antar media.Unsur yang mempengaruhi sastra bandingan yaitu budaya,adanya saling memengaruhi,zaman/waktu. Sastra bandingan bersifat sinkronis(sejaman)/diakronis(berbeda zaman).Ada tiga teori yang mempengaruhi sastra bandingan yaitu proses migrasi,pengaruh-memengaruhi,kebetulan(ceritanya hampir sama)Misalnya pada cerita roro mendut dan laila majnun dengan latar belakang pengarang yang berbeda seperti agamanya.

ABSTRAK "pengertian, kajian, karakteristik dan fungsi sastra"

APA ITU SASTRA

Sastra berasal dari bahasa sansekerta yaitu Su-Sastra .“Su” berarti :Bagus
“Sastra” berarti :Tulisan Jadi, Sastra adalah tulisan dan bahasa yang mampu mengungkapkan apa yang seseorang atau anda rasakan dengan sebaik-baiknya dan menggunakan bahasa yang indah.
Maksud dari menggunakan bahasa yang indah yaitu mampu mengungkapkan perasaan sang penulis kedalam karyanya.
Sedangkan menurut KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) sastra adalah :
  1. Bahasa(kata-kata,gaya bahasa)yang dipakai dalam kitab-kitab(bukan bahasa sehari-hari)
  2. Karya tulis,yang jika dibandingkan dengan tulisan lain,memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian,keartistikan,keindahan dalam isi dan ungkapannya.
Sedangkan dari berbagai sumber lain saya menemukan arti sastra yaitu :
  • Sastra merupakan perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan .dan Tulisan adalah media pemikiran yang tercurah melalui bahasa,bahasa yang bisa direpresentasikan dalam bentuk tulisan,media lain bisa saja berbentuk gambar,melody musik,lukisan ataupun karya lingkungan binaan(arsitektur).
·         Sastra adalah ungkapan jiwa dalam wujud bahasa, entah lisan entah tertulis. Dalam wujudnya yang paling kasar adalah kata-kata. Dalam wujudnya yang lebih tertata adalah cerita sebagai rangkaian kata-kata. Lalu, dalam wujudnya yang lebih terkhususkan lagi adalah karya sastra dengan ukuran-ukuran estetikanya. 
           Sebab tidak semua kata dan cerita adalah sastra. Sastra sebagai sebuah karya tulis 
           dan olah bahasa mengandung daya kreatif dan daya pelahir imajinasi yang  
           multidimensional. Misalnya adalah Ketika seorang ibu mengatakan kepada
           anaknya, "Tangkap tikus-tikus itu!", tentu saja itu hanya memiliki satu kandungan
           arti tentang perintah untuk menangkap binatang yang disebutnya tikus. Akan 
           tetapi, bila seorang penyair mengatakan yang sama, "Tangkap tikus-tikus itu!", 
           artinya akan lebih kaya daripada sekedar sebuah referensi pada binatang tikus. 
           Dan juga kata "tangkap" pun bisa jauh lebih mengundang multi-interpretasi.
Menurut para ahli :
Eagleton dari Inggris menyatakan bahwa sastra Tidak mengungkapkan pada kevisian tapi terhadap penggunaan bahasa,
Jacobson menyatakan bahwa sebenarnya karya sastra itu adalah tindakan kekerasan terhadap bahasa sehari-hari.


KAJIAN SASTRA
Sastra adalah identitas budaya yang terkonstruksi oleh zaman. Adalah globalisasi yang datang dengan mengatasnamakan demokrasi dan kebebasan ekspresi telah menjadi ruh baru sastra Indonesia. Perkembangan zaman serta perubahan budaya sangat penting pengaruhnya terhadap definisi sastra di dalam negeri, tiap-tiap individu memiliki pemikirannya sendiri dalam mendefinisikan sastra.
Kaidah sastra atau daya tarik sastra terdapat pada unsur-unsur karya sastra tersebut. Pada karya cerita fiksi, daya tariknya terletak pada unsur ceritanya, yakni cerita atau kisah dari tokoh-tokoh yang diceritakan sepanjang cerita yang dimaksud. Selain itu, faktor bahasa juga memegang peranan penting dalam menciptakan daya pikat, kemudian gaya penulisannya dan hal-hal yang khas yang dapat menyebabkan karya itu memikat pembaca. Dan seorang penelaah harus mampu menemukan kekhasan seorang penulis yang membuatnya berbeda dengan penulis lain.
Menilai atau mengkaji sebuah karya sastra- baik itu prosa, puisi, drama, berupa kritik sastra secara obyektif. Obyektifitas merupakan ciri yang harus ada dalam studi sastra. Ke-obyektifan itu hanya akan muncul pada kacamata sang penilai, dan akan terlihat subyektif pada kacamata di luar sang penilai. Dan, kegiatan menilai karya sastra adalah kegiatan yang melibatkan beberapa hal yang ada pada diri sang penilai, seperti pengalaman pembacaan penilai, horison harapan penilai, intelektualitas penilai, dan terutama subyektifitas penilai. Subyektifitas bisa muncul karena beberapa hal, diantaranya; mungkin penilai senang dengan gaya penulisan karya, satu visi dan misi dengan karya, atau mungkin hal-hal lain yang sifatnya di luar teknis penulisan karya.
Mungkin akan lebih arif, ketika kita menilai sebuah karya sastra yang muncul adalah dengan sebuah apresiasi, yang memungkinkan munculnya beragam opini tentang karya tersebut.

KARAKTERISTIK DAN FUNGSI SASTRA
Karakteristik sastra yang utama itu ada pada “bahasa”
Dilihat dari bentuknya, sastra terbagi menjadi 4, yaitu :
a) Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
b) Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan habasa yang singkat dan padat serta indah. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah atau aturan tertentu, yaitu :
Jumlah baris tiap-tiap baitnya,Jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap kalimat atau barisnya,Irama, dan Persamaan bunyi kata,Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa,Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan
Fungsi Sastra
Dalam kehidupan masayarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu :
Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya, Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya, Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya, Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi, Fungsi religius, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.

Cerpenku 1

Pahlawan kau kemana?
Aku seorang gadis remaja yang tinggi dan putih. Orang-orang biasa memanggilku Devy. Aku mempunyai seorang adik yang bernama Dava, Aku dan Dava tinggal bersama mama. Mama adalah sosok yang sangat kami sayangi karena ia telah membesarkan aku dan adikku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Aku juga mempunyai seorang kakak perempuan namanya Putri. Aku, adik, dan kakakku sangat merindukan sosok seorang ayah, karena sejak kecil kami tidak tau ayah kemana!
Waktu aku beranjak dewasa rasa ingin tahu ku timbul. Aku terus menanyakan pada mama.
Ma?
Ayah kemana sih?
Ayah kamu sakit dan harus dirawat di luar kota sayang. Katanya
Aku selalu menanyakan sakit apa tapi mama tidak pernah menjelaskannya.
Otakku terus berputar memikirkannya. Lama tak kutemukan jawaban.
Hingga pada akhirnya aku masuk SMA dan memulai pergaulan yang baru dan lebih meluas. Setiap hari bersenang-senang karena sebagian besar teman-temanku adalah orang-orang kaya. Sedikit demi sedikit aku melupakan masalah yang mengganjal di otak dan hatiku. Selain punya teman yang baik dan bisa melengkapiku aku juga mempunyai sosok kakak perempuan yang sangat menyayangi keluarganya. Aku sangat mendambakan kakakku Putri, karena dia sudah menjadi tulang punggung keluarga seolah-olah menggantikan sosok ayah. Pekerjaannya tidak terlalu bagus tetapi entah kenapa barang-barang yang dia punya mahal-mahal, bagus, mewah dan selalu ada uang untuk membeli apa yang ia inginkan.
Kakak sering cerita padaku. Katanya dia punya ayah angkat yang bisa menjamin kehidupannya. Aku sempat kaget mendengarnya, tapi aku tidak bisa apa-apa aku menghargai usaha kakakku untuk bertahan hidup dan mencoba mengerti beginilah kehidupan kami. Aku selalu merasa kekurangan dan selalu iri pada teman-temanku yang mempunyai keluarga lengkap. Saat ada acara pernikahan saudaraku, kebetulan aku yang jadi pagar ayu bersama sepupuku Rini. Kami bercerita satu sama lain, sampai akhirnya aku bertanya-tanya tentang ayahku dan ternyata dia tau kabar tentang ayahku. Rini tau cerita ayahku dari ibunya yang juga tanteku. Kata Putri ayahku tinggal di gubuk reot dan dipasung, ayah seperti itu karena ia sakit gangguan jiwa alias stress dan tidak dapat di kendalikan. Dulu ia tidak seperti itu namun karena ia pernah mengamuk akhirnya warga memutuskan untuk melakukan hal itu. Aku sangat sedih mendengarnya dan sulit untuk menahan air mataku. Aku pulang kerumah dan menceritakan ini pada ibuku. Ibu kaget mendengar aku mengetahui cerita tentang ayah. Aku bertanya apa yang menyebabkan ayah seperti itu?
Entah apa penyebabnya!
Ibu juga tidak tahu.
Suatu hari aku meminta ibu mengantarkan aku ke tempat ayah, tempatnya ada di Sukabumi, setibanya disana aku memanggil-manggil ayah…sambil kutatap mata yang bersedih dan terharu, tubuh yang kotor dan terlihat sangat tersiksa dengan keadaan itu.
Dan ternyata ia masih mengenalku. Ingin sekali  ku peluk tubuhnya tapi ibu melarangku. Yasudahlah mungkin ini memang jalan Tuhan.
Lalu aku pulang ke rumahku di Jakarta dan sesekali aku menengok ayah.
Karena kesibukanku, sebentar lagi aku menghadapi ujian nasional dan memerlukan biaya yang banyak. Teman-temanku sibuk  mengikuti les dan try out kesana kemari dan mereka juga sibuk mencari universitas, sedangkan aku hanya berdiam diri di rumah meratapi nasibku ini. Sampai suatu saat aku berkenalan dengan seseorang lelaki paruh baya di tempat biasa aku nongkrong bersama teman-teman yaitu di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Awalnya biasa saja tapi lama-kelamaan dia menawarkanku pekerjaan dan dia berjanji akan membayar biaya ujian nasionalku dan juga akan menjamin biaya kuliahku sampai selesai.
Aku sudah tau maksudnya.
Karena aku bukan anak kecil lagi.
Aku takut cerita ke mama dan kakakku.
Karena tanpa kutanya mereka pasti akan melarangku.
Aku memikirkan tawaran itu matang-matang, Jika aku menerima pekerjaan itu maka aku harus menanggung resikonya tetapi jika aku tidak terima pekerjaan itu, aku tidak akan bisa melanjutkan kuliah, karena kakak juga tidak mungkin mau membiayaiku kuliah, dia hanya akan mengeluarkan uangnya untuk membeli barang-barang mewah yang dia anggap penting dan untuk keperluan yang sangat mendesak.
Ia berfikir jika aku kuliah akan percuma, karena aku akan sama seperti dia.
Tapi walaupun begitu aku punya rasa ingin belajar yang sangat tinggi, akhirnya aku memutuskan untuk menerima tawaran laki-laki paruh baya itu.
Aku bekerja sebagai penghibur lelaki paruh baya itu dan menjalani hari-hariku dikampus seperti biasa. Setiap bulan aku memberikan uang belanja untuk mama dan sering aku menjenguk ayah tak lupa membawakan makanan untuknya.
Lalu dirumah aku menjadi anak baik-baik seperti yang mama tau selama ini.
Sedih berbohong terus seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi!